Kamis, 03 Oktober 2013

politik aliran dan primordialisme


Politik Aliran
Politik aliran (sectarian) merupakan konsekuensi lain dari bentuk-bentuk struktur sosial. Konsep sektarian pertama kali dikemukakan oleh Clifford Geertz dalam kajiannya di Jawa Timur. Ia mengatakan bahwa ada tiga golongan dalam masyarakat Jawa, yaitu golongan santri, golongan priyayi, dan golongan abangan. Ketiga golongan itu memiliki aliran yang berbeda-beda satu sama lain sehingga hubungan diantara ketiganya diwarnai oleh sikap saling curiga, terutama mengenai gagasan-gagasan yang mereka bawa dan mereka yakini masing-masing.
Golongan santri digunakan untuk mengacu pada orang yang memiliki pengetahuan dan mengamalkan agama serta biasanya berpusat di daerah perdagangan atau pasar. Kaum priyayi sering dianggap sebagai kalangan terpelajar, pamong praja, dan berpendidikan serta sering berpusat di kantor pemerintah. Sementara abangan digunakan untuk mereka yang bukan priyayi dan bukan juga santri, berpusat di daerah pedesaan dengan pengalaman keagamaan campuran Islam dan animisme.
Dari pemikiran Geertz itu, Herbert Feith kemudian menjabarkan ada lima aliran politik di Indonesia, yaitu pemikiran politik yang dipengaruhi oleh campuran Hindu, tradisionalisme Jawa, Islam serta Barat ke dalam ideologi komunisme, nasionalisme radikal, sosialisme, Islam, dan tradisionalisme Jawa.
Banyaknya politik aliran yang berkembang dalam suatu negara menunjukkan terdapat banyak pula ideologi yang dianut masyarakat negera tersebut. Politik aliran dengan berbagai ideologi itu dapat dijadikan sebagai tempat menyalurkan aspirasi masyarakat yang tentunya berbeda-beda pula.

Primordialisme

Primordialisme adalah suatu pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya sehingga membentuk sikap tertentu. Primordial artinya ikatan-ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial, dengan hal-hal yang dibawa sejak kelahirannya, seperti suku bangsa, ras, daerah dan sebagainya.
Salah satu konsekuensi dari kenyataan adanya kemajemukan masyarakat atau diferensiasi sosial adalah terjadinya primordialisme, yaitu pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang teguh pada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu, seperti suku bangsa, ras, dan agama. Primordialisme sebagai identitas sebuah golongan atau kelompok sosial merupakan faktor penting dalam memperkuat ikatan golongan atau kelompok yang bersangkutan dalam menghadapi ancaman dari luar. Namun, seiring dengan itu, primordialisme juga dapat membangkitkan prasangka dan permusuhan terhadap golongan atau kelompok sosial lain.
Primordialisme dapat terjadi karena faktor-faktor berikut.
a. Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan sosial.
b. Adanya suatu sikap untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial dari ancaman luar.
c. Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, seperti nilai keagamaan dan pandangan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar